Saat gelisah ku rasakan, engkau bahkan yang mampu menutupi nya dengan cinta. ”Janganlah engkau pasang muka sedih, untuk menghadapi dunia. Tersenyumlah dan terus selalu senyum, simpan sedih mu di hati kalau bisa buang lah, ”kata bunda.
Selalu engkau hadapi dunia ini dengan penuh senyum dengan hati yang sedih.
Bunda adalah sosok wanita yang memberi kasih sayang kepada anaknya. Ya, itu yang kau berikan. Kau menghibur semua anak-anakmu juga ayah.
Saat dari kecil kau bunda, adalah yatim piatu dan sampai dipinang oleh ayah jadi istrinya. Hingga melahirkan seorang anak yaitu aku. Ketika ayah berangkat kerja, kau memintaku untuk berdoa bersamamu, juga pula saat hampir pulang di kala sore itu.
Kadang kala engkau dan aku menunggu di perlintasan kereta api sambil berdoa.
Singkat cerita, engkau adalah wanita yang sholehah. Bahkan tak ada yang tau penderitaanmu. Mulai dari mempersiapkan segalanya, mulai dari makanan nasi sampai jajan ku. Juga bajuku yang kupakai setiap harinya. Terlebih juga karena kenakalan ku yang tidak mau nggak.
Kau selalu menuruti aku, apa mainan, juga jajan yang ku pinta,padahal belum tentu aku makan jajanan yang kaubelikan, juga mainan yang belum tentu ku mainkan. Aku memang nakal, tapi kabaikan ku dari semua itu aku selalu merapikan semua mainan kedalam karung dan snack aku tumpuk,yang makan pasti ayah karna, aku cuma ingin membeli dan tak mau memakan nya.
Sebenar nya tidak ada yang tau semua itu kau belanjakan dengan uang apa. Ayah Cuma tau makan dan bekerja. Seakan ibu tidak mau mengatakan kepada siapapun, dia Cuma senyum saja. Dibalik semua itu kau selalu ngutang, bahkan hutangmu bertumpuk.
Singkat cerita, engkau adalah wanita yang sholehah. Bahkan tak ada yang tau penderitaanmu. Mulai dari mempersiapkan segalanya, mulai dari makanan nasi sampai jajan ku. Juga bajuku yang kupakai setiap harinya. Terlebih juga karena kenakalan ku yang tidak mau nggak.
Kau selalu menuruti aku, apa mainan, juga jajan yang ku pinta,padahal belum tentu aku makan jajanan yang kaubelikan, juga mainan yang belum tentu ku mainkan. Aku memang nakal, tapi kabaikan ku dari semua itu aku selalu merapikan semua mainan kedalam karung dan snack aku tumpuk,yang makan pasti ayah karna, aku cuma ingin membeli dan tak mau memakan nya.
Sebenar nya tidak ada yang tau semua itu kau belanjakan dengan uang apa. Ayah Cuma tau makan dan bekerja. Seakan ibu tidak mau mengatakan kepada siapapun, dia Cuma senyum saja. Dibalik semua itu kau selalu ngutang, bahkan hutangmu bertumpuk.
Untuk menutupi kesedihanmu, engkau ajak semua orang untuk berdiba’. Kesana kemari ter dengar suara mu yang merdu. Engaku selalu dijadikan pembawa acara dimana saja. Banyak yang berguru kepadamu mulai,mengaji, berdiba’, dll.
Dan engkau berikan sedikit makanan kepada setiap anak yang mau mengaji kepadamu. Semua yang kau lakukan tidak mau mengharapkan imbalan sedikit pun.
Ku tau muridmu bukan anak-anak saja, melainkan remaja yang tumbuh dewasa. Aku jadi terharu ketika seseorang remaja yang pakai obat, kau ajak berdiba’ denganmu. Suaranya yang ber belok-belok tidak tau arahnya. Hingga membuat semua orang tertawa.
Karena keberanianmu, ke pandai an mu, ke keluarga an mu. Engkau dipandang tinggi oleh semua semua orang tak terkecuali.
Kini aku tumbuh besar hampir sekolah dasar. Kau memberiku adik, yang kini jadi saudaraku. Hari demi hari telah terlewati.
Hutangmu semakin me-numpuk saja,ini dikarenakan ayah yang kadang kerja, kadang nggk,kalau kerjaan sepi. Bukan itu juga, semakin tingginya harga bahan pokok.
Semua engkau atur se demiki-an rumit. Karena aku ingin tinggal dirumah timur, sekeluarga akhirnya pindah.
Berselang beberapa tahun kini aku, punya adik lagi yang cantik.
Hari-hari pun berganti bulan,tidak dirumah barat tidak juga di timur,lagi-lagi bunda mempunyai hutang. Sampai aku masih kelas 3 SD belum bisa membayar uang ujian, dan makan untuk keluarga juga sulit terlebih ditambah hutang.
Dan engkau berikan sedikit makanan kepada setiap anak yang mau mengaji kepadamu. Semua yang kau lakukan tidak mau mengharapkan imbalan sedikit pun.
Ku tau muridmu bukan anak-anak saja, melainkan remaja yang tumbuh dewasa. Aku jadi terharu ketika seseorang remaja yang pakai obat, kau ajak berdiba’ denganmu. Suaranya yang ber belok-belok tidak tau arahnya. Hingga membuat semua orang tertawa.
Karena keberanianmu, ke pandai an mu, ke keluarga an mu. Engkau dipandang tinggi oleh semua semua orang tak terkecuali.
Kini aku tumbuh besar hampir sekolah dasar. Kau memberiku adik, yang kini jadi saudaraku. Hari demi hari telah terlewati.
Hutangmu semakin me-numpuk saja,ini dikarenakan ayah yang kadang kerja, kadang nggk,kalau kerjaan sepi. Bukan itu juga, semakin tingginya harga bahan pokok.
Semua engkau atur se demiki-an rumit. Karena aku ingin tinggal dirumah timur, sekeluarga akhirnya pindah.
Berselang beberapa tahun kini aku, punya adik lagi yang cantik.
Hari-hari pun berganti bulan,tidak dirumah barat tidak juga di timur,lagi-lagi bunda mempunyai hutang. Sampai aku masih kelas 3 SD belum bisa membayar uang ujian, dan makan untuk keluarga juga sulit terlebih ditambah hutang.
Bunda selalu tidak mau dengan haram, apalagi mendengar kata-kata judi. Tiba-tiba ikutan togel dihari itu, dan apa yang terjadi, Di malamnya tembus. Ternyata uangnya untuk membayar ujianku. Betapa menangisnya aku, tak tau apa menangis senag karena bias ikut ujian sekolah, atau menangis ku apa yang dilakukan ibuku.
Kubuktikan setelah ujian sekolah, aku dapatkan nilai bagus. Aku dipuji para guru, diberitakan kepada ibuku. Ternyata, ibu tersenyum berkaca-kaca. Dia berpikir, ”bisakah aku menyekolahkan anakku sampai tinggi,” dalam hatinya.
“Ya udah bun biar aku cuci sendiri di sini,bunda nggak usah mengambil pakaian ku. ”aku berkata kepada bunda. Bunda menjawabnya “la kenapa?”. Ku jawab, ”nggak apa kok, saya sudah biasa mandiri”, sambil aku kebelakang, karena aku nggak kuat menahan air mata ini.
Setelah aku lulus SMP, aku ingin ke SMK jurusan teknik komputer. ”Supaya nanti nya kalau cari kerja mudah”, pikir ku. Biar dapat membahagiakan keluarga ayah, terutama bunda, tetapi bunda nggak punya uang untuk menyekolahkan aku, terlebih ayah sering nganggur.
Setiap hari aku ngotot tetap ingi di sekolah kan. Ya, tapi mau gimana lagi nagk ada biaya. Lama-kelamaan aku sedar sendiri.
Kubuktikan setelah ujian sekolah, aku dapatkan nilai bagus. Aku dipuji para guru, diberitakan kepada ibuku. Ternyata, ibu tersenyum berkaca-kaca. Dia berpikir, ”bisakah aku menyekolahkan anakku sampai tinggi,” dalam hatinya.
Hingga adik-adikku tumbuh besar sampai masuk taman kanak-kanak, waktu itu, tidak ada tunjangan untuk sekolah adik-adik.
Bunda berbicara kepada seseorang temannya,yang ternyata guru di TK tentang masalahnya. Akhirnya adikku laki-laki dimasukkan ke TK nya, sambil mencari uang,bunda berjualan jajan disitu. Juga membawa adik ku yang perempuan untuk menemaninya. Tibalah naik kelas. Adik ku perempuan ingin sekolah. Ibu tambah bingung untuk itu. Untuk aku saja sudah sulit apalagi ditambah adik ku. Terpaksa adik ku perempuan di bohongi, aku jadi menangis melihatnya.
Karena Cuma di beri beberapa buku kosong dan alat tulis, dia juga ikut pelajaran tapi, dengan status ikut-ikutan saja, bukan berarti sekolah.Kasihan banget, kalau saja itu aku mungkin aku sudah menangis tak tertahankan.
Bunda bersyukur sekali,ternyata adik ku perempuan,dia dijadikan murid dan di bebaskan dari uang sekolah oleh gurunya karena, dia belum jadi murid saja.Kepandaiannya melebihi seorang murid.
Betapa bahagia nya bunda, adik-adik ku jadi pelajar TK. Perjuangan bunda tidak sia-sia, kedua adik ku mewakili sekolah. Mereka berpidato, yang nol kecil bahasa inggris dan yang nol besar bahasa indonesia. Di saksikan para guru dan penilik beberapa perkumpulan, dan membuat nama sekolah mereka terkenal, karena itu adalah pertama kalinya.
Bunda senang sekali, apalagi tetangganya yang dulu mengolok sekolah-an nya yang tidak bermutu, yang sekarang mendadak terkenal.
Bunda memang berjualan snack di sekolah TK di karenakan, adik-adik ku sekolah di situ. Tetapi ketika ,adik-adik ku berangkat ke SD, bunda terancam nggak bisa jualan.
Bu guru yang temannya bunda ternyata, tetap mengijinkan berjualan. Bunda sangat senang sekali sedikit-sedikit untuk membantu keluarga.
Tapi bunda masih mengurusi aku yang tinggal di pondok pesantren, bahkan dia rela membawakan baju-baju ku di bawa pulang untuk di cuci nya. Betapa beratnya yang dia rasakan. Pada waktu itu di karenakan aku mengancam nggak mau sekolah kalau, aku di pondok kan dan di sekolah kan di Madrasah stanawiyah yang nggak negeri. Yang aku mau hanya sekolah di SMP Negeri. Tetapi karena tidak ada biaya terpaksa aku tinggal di pondok dan di Madrasah biasa.
Kadang aku merasa menangis,ketika bunda datang ke pondok hanya mengambil baju ku untuk di cuci di rumah. Padahal rumah ku dengan pondok pesantren ku jauh sekali.
Bunda naik sepeda ke pondok, setelah itu pulang mencuci pakaian ku. Setelah bersih, besok nya di antar kan lagi ke pondok an ku. Aku terus berpikir, kalau terus-terusan begini kasihan bunda,. sembari aku berlinang kan air mata.Bunda berbicara kepada seseorang temannya,yang ternyata guru di TK tentang masalahnya. Akhirnya adikku laki-laki dimasukkan ke TK nya, sambil mencari uang,bunda berjualan jajan disitu. Juga membawa adik ku yang perempuan untuk menemaninya. Tibalah naik kelas. Adik ku perempuan ingin sekolah. Ibu tambah bingung untuk itu. Untuk aku saja sudah sulit apalagi ditambah adik ku. Terpaksa adik ku perempuan di bohongi, aku jadi menangis melihatnya.
Karena Cuma di beri beberapa buku kosong dan alat tulis, dia juga ikut pelajaran tapi, dengan status ikut-ikutan saja, bukan berarti sekolah.Kasihan banget, kalau saja itu aku mungkin aku sudah menangis tak tertahankan.
Bunda bersyukur sekali,ternyata adik ku perempuan,dia dijadikan murid dan di bebaskan dari uang sekolah oleh gurunya karena, dia belum jadi murid saja.Kepandaiannya melebihi seorang murid.
Betapa bahagia nya bunda, adik-adik ku jadi pelajar TK. Perjuangan bunda tidak sia-sia, kedua adik ku mewakili sekolah. Mereka berpidato, yang nol kecil bahasa inggris dan yang nol besar bahasa indonesia. Di saksikan para guru dan penilik beberapa perkumpulan, dan membuat nama sekolah mereka terkenal, karena itu adalah pertama kalinya.
Bunda senang sekali, apalagi tetangganya yang dulu mengolok sekolah-an nya yang tidak bermutu, yang sekarang mendadak terkenal.
Bunda memang berjualan snack di sekolah TK di karenakan, adik-adik ku sekolah di situ. Tetapi ketika ,adik-adik ku berangkat ke SD, bunda terancam nggak bisa jualan.
Bu guru yang temannya bunda ternyata, tetap mengijinkan berjualan. Bunda sangat senang sekali sedikit-sedikit untuk membantu keluarga.
Tapi bunda masih mengurusi aku yang tinggal di pondok pesantren, bahkan dia rela membawakan baju-baju ku di bawa pulang untuk di cuci nya. Betapa beratnya yang dia rasakan. Pada waktu itu di karenakan aku mengancam nggak mau sekolah kalau, aku di pondok kan dan di sekolah kan di Madrasah stanawiyah yang nggak negeri. Yang aku mau hanya sekolah di SMP Negeri. Tetapi karena tidak ada biaya terpaksa aku tinggal di pondok dan di Madrasah biasa.
Kadang aku merasa menangis,ketika bunda datang ke pondok hanya mengambil baju ku untuk di cuci di rumah. Padahal rumah ku dengan pondok pesantren ku jauh sekali.
“Ya udah bun biar aku cuci sendiri di sini,bunda nggak usah mengambil pakaian ku. ”aku berkata kepada bunda. Bunda menjawabnya “la kenapa?”. Ku jawab, ”nggak apa kok, saya sudah biasa mandiri”, sambil aku kebelakang, karena aku nggak kuat menahan air mata ini.
Setelah aku lulus SMP, aku ingin ke SMK jurusan teknik komputer. ”Supaya nanti nya kalau cari kerja mudah”, pikir ku. Biar dapat membahagiakan keluarga ayah, terutama bunda, tetapi bunda nggak punya uang untuk menyekolahkan aku, terlebih ayah sering nganggur.
Setiap hari aku ngotot tetap ingi di sekolah kan. Ya, tapi mau gimana lagi nagk ada biaya. Lama-kelamaan aku sedar sendiri.
Bunda setiap hari berjualan di sekolah TK, uang hasil berjualan, di bawa nya untuk belanja dan uang jajan anak-anak nya, biasanya di tambah dengan uang ayah, kalau ayah kerja.
Bunda setiap malam selalu shalat tahajjud dan ber doa. Terlebih mendoa kan orang-orang yang dahulu yang sudah meninggal.
Ketika berdoa jarang sekali bunda tersenyum. Di raut mukanya selalu tergenang air mata. Tetapi ketika ada seseorang datang dia selalu menghapusnya.
Aku tahu kesedihan mu begitu berat, tapi kenapa semua orang bahkan keluargamu, tidak ada yang tahu. Kenapa engkau selalu selalu tersenyum, kenapa engkau selalu bahagia. Kalau saja bersedih, engkau selalu menyuruh ku tersenyum di hadapan semua orang.
Engkau selalu mengatakan kapada ku, jangan nonton tv sampai malam-malam, cepat tidur, kadang aku marah, ”bentar dulu, sudahlah tidur-tidur sana” .
Tetapi bunda kau selalu mengingat kan ku hingga menyadari nya.
Setelah aku menganggur di rumah sekitar satu tahunan. Aku di ajak tetangga bekerja, ya lumayan bisa untuk membantu.
Karena aku seorang sales, gaji yang ku terima ya,untung-untung an. Ketika itu aku dapat gaji 500 ribu, ku sisihkan 400 untuk ibu dan tinggal 100 ku bawa sendiri.Bunda setiap malam selalu shalat tahajjud dan ber doa. Terlebih mendoa kan orang-orang yang dahulu yang sudah meninggal.
Ketika berdoa jarang sekali bunda tersenyum. Di raut mukanya selalu tergenang air mata. Tetapi ketika ada seseorang datang dia selalu menghapusnya.
Aku tahu kesedihan mu begitu berat, tapi kenapa semua orang bahkan keluargamu, tidak ada yang tahu. Kenapa engkau selalu selalu tersenyum, kenapa engkau selalu bahagia. Kalau saja bersedih, engkau selalu menyuruh ku tersenyum di hadapan semua orang.
Engkau selalu mengatakan kapada ku, jangan nonton tv sampai malam-malam, cepat tidur, kadang aku marah, ”bentar dulu, sudahlah tidur-tidur sana” .
Tetapi bunda kau selalu mengingat kan ku hingga menyadari nya.
Setelah aku menganggur di rumah sekitar satu tahunan. Aku di ajak tetangga bekerja, ya lumayan bisa untuk membantu.
Kau begitu senang, uang nya engkau belanja kan, yang lebih adalah, untuk membayar hutang ke orang-orang.
Kau sangat senang karena, sekarang ada tambahan yang membantu. Bunda juga bilang semuanya kepadaku.
Waktu itu aku gajian 800 ribu, aku menangis karena membelanjakan uangku salah dan cuma memberikan bunda 500 ribu. Kutahu tunjangan untuk hari-hari mu sangat banyak, dan aku selalu menangis mengingat nya.
Bulan berikut nya kudapat kan 1 juta lebih. Aku Cuma mengambil 200 ribu, sisanya untuk bunda. Aku katakan pada bunda, ”bun tolong sedikitnya di simpan ya, untuk masa depan”. Bunda menjawab, ”ya rul.”
Bulan berikut nya aku mengalam penurunan, cuma dapat 600 ribu. Aku berikan 500 ribu dan sambil berkata, ”bun uang nya yang kemarin-kemarin apakah masih ada, ”masih rul”, bunda menjawabnya. Bulan-bulan berikut nya gajian ku semakin sedikit, dan ku bertanya lagi bunda. Waktu itu di pertengahan bulan jadi, aku ngak punya sama serkali. Aku minta bunda, ”bun aku minta uang 300 ribu untuk membuat ATM, untuk menabung uang. ”Dalam pikirku, ”sebenar nya but bisnis ATM di internet supaya kalau berhasil bisa bahagia kan keluarga, terutama bunda ku yang tersayang. Bunda menjawab nya , " nggak punya uang rul, '' sudah habis untuk kebutuhan sehari-hari, terutama hutang. Sebenarnya waktu itu, aku me maklumi nya dan agak agak ber kaca-kaca di mataku.
Tetapi karena keinginan ku sudah bulat, akhinya aku tetap ngotot. Bunda agak bersedih, aku mengancam malas bekerja, dan bunuh diri. Ya, waktu itu aku ngomong keras sekali kepada kakak ipar bunda, " tolong belikan soda dan obat sakit kepala . " ia menjawab, "aneh-aneh", katanya dengan teriakannya.
Akhirnya aku beli sendiri tapi, kakak ipar ibu tahu, dan bunda juga tahu. Aku di pergoki bunda, "nggak usah aneh-aneh , ingin mati kamu,nih ibumu saja. "aku menjawabnya, "nggak,maksud saya soda nya buat besok, obat sakit kepala nya buat sekarang. "Sambil aku mengurung diri di kamar .
Malam nya bunda mengatakan kalau aku, akan diberi uang lusa. Aku senang sekali waktu itu berangkat kerja. Hari yang di tentukan sudah tiba, aku diberi uang oleh bunda 300 ribu.
Aku bertanya pada bunda, "lha ini ada uang nya, darimana bun", Bunda hanya menjawabnya. "Nggak penting cepat dibawa kalau nggak saya bawa lagi", sambil bercanda.
Di balik senyumnya adalah kesedihan, bunda yang memberi uang 300 ribu, dihutangkan dari bank, yang setiap harinya harus mencicil mengembalikannya. Tetapi pada waktu itu aku belum tau. Sungguh aku sangat berdosa.
Bunda memakai uang dagangan jajan untuk memberiku. Ketika aku me mintai nya untuk internet atau playstation. Kadang Bunda juga beli sedikit jajan atau nggak ke pasar. Gara-gara ku pintai uang.
Ketika bunda ku pinta uang. dia berkata; "rul ini buat dagangan". Aku selalu menjawabnya; "gampang nanti saya akan sukses untuk membahagiakan engkau bunda.
Selalu berulang-ulang hari dan kali,aku ngomong begitu kepadanya.
Bunda memang kelihatan sehat, bugar, dan semangat setiap hari pekerjaannya cuci pakaian keluarga, bahkan kepunyaan orang lain juga. Maksudnya buruh cuci. Juga apa saja yang disuruh suruh orang, bunda mau mengerjakannya, jadi pembantu juga.
Aku sampai heran kok bisa kuat sekali, beberapa pekerjaan yang dilaluinya, sampai mencuci pakaian pada malam,siang. Dan pada paginya bangun jam 3 an menanak nasi, tahajud, shalat subuh, berangkat ke pasar, pergi ke sekolah taman kanak-kanak untuk jualan jajan. Sampai cuci baju setelah pulang dari jualan.
Semua pekerjaan dilakukan nya. Ternyata dibalik semua itu, Bunda memakai obat-obat an, jamu.
Hingga suatu hari dia jatuh sakit, dan cuma tidur. Tapi ia masih mengerjakan pekerjaan rumah, tak lupa ia berdoa.
Ia sudah diperiksa dokter, diberi obat, sampai suatu saat ia tanyakan tetangga yang bisa disebut orang pintar.
Kata orang pintar itu, di tenggorokkan bunda ada jin. Dan diambilnya jin itu lama sekali, setelah jin nya dikeluarkan bunda disuruh melihatnya, tapi bunda nggak mau.
Aku selalu menyemangatinya supaya cepat sembuh. Tetapi ia masih sakit, ia bahkan tambah sakit. Mungkin sakitnya disebabkan karena ia kelelehan dengan semua yang ia kerjakan selama ini, dan juga obat-obat an juga jamu yang membuat jantungnya berdebar. Terlebih ia adalah seorang jantung lemah. Menurut kesehatan orang yang menderita jantung lemah,tidak banyak kerja, juga minum obat-obatan.
Tubuh bunda jadi pucat, dia hanya berbaring ditempat tidur. Setiap pagi aku cium tangan dan pipinya, "bun aku berangkat dulu ya, "bunda selalu menjawabnya, "ya rul nanti moga-moga terjual barang nya.
Tambah hari bunda kelihatan tambah pucat. Bunda terkena maag,terlebih lidahnya terkena sariawan. Bunda juga jarang makan, waktu sebelum sakit juga. Sebenarnya bunda mempunyai beban pikiran. Kadang kalau bertengkar dengan ayah, bunda lebih baik nggak makan. Akibatnya terkena maag,bunda selalu mengutamakan keluarga daripada dirinya sendiri, terutama yang diutamakan adalah aku.
Maag bunda kronis, sehingga ia terkena tipes, kelelahan, dan beban pikiran.
Akhirnya bunda dibawa ke puskesmas terdekat. Untuk dirawat inap. Terakhir sebelum ke puskesmas bunda bercerita kalau, tetangganya yang masih ibu-ibu masih muda mati.
Aku katakan, "nggak usah dipikirkan bun, yang penting bunda sembuh".
Bunda sebenarnya ingin menghubungi di tv, karena pada waktu itu ada
ustad yang bilang sendiri di tv. Untuk mencari bantuan,tetapi sia-sia
saja aku merasa goblok karena tidak sedikitpun membantunya.Kata orang pintar itu, di tenggorokkan bunda ada jin. Dan diambilnya jin itu lama sekali, setelah jin nya dikeluarkan bunda disuruh melihatnya, tapi bunda nggak mau.
Aku selalu menyemangatinya supaya cepat sembuh. Tetapi ia masih sakit, ia bahkan tambah sakit. Mungkin sakitnya disebabkan karena ia kelelehan dengan semua yang ia kerjakan selama ini, dan juga obat-obat an juga jamu yang membuat jantungnya berdebar. Terlebih ia adalah seorang jantung lemah. Menurut kesehatan orang yang menderita jantung lemah,tidak banyak kerja, juga minum obat-obatan.
Tubuh bunda jadi pucat, dia hanya berbaring ditempat tidur. Setiap pagi aku cium tangan dan pipinya, "bun aku berangkat dulu ya, "bunda selalu menjawabnya, "ya rul nanti moga-moga terjual barang nya.
Tambah hari bunda kelihatan tambah pucat. Bunda terkena maag,terlebih lidahnya terkena sariawan. Bunda juga jarang makan, waktu sebelum sakit juga. Sebenarnya bunda mempunyai beban pikiran. Kadang kalau bertengkar dengan ayah, bunda lebih baik nggak makan. Akibatnya terkena maag,bunda selalu mengutamakan keluarga daripada dirinya sendiri, terutama yang diutamakan adalah aku.
Maag bunda kronis, sehingga ia terkena tipes, kelelahan, dan beban pikiran.
Akhirnya bunda dibawa ke puskesmas terdekat. Untuk dirawat inap. Terakhir sebelum ke puskesmas bunda bercerita kalau, tetangganya yang masih ibu-ibu masih muda mati.
Aku katakan, "nggak usah dipikirkan bun, yang penting bunda sembuh".
Setelah di puskesmas, bunda di datangi banyak orang, tiap malam adik-adik ku, aku, ayah, kadang juga ada tetangga bergantian jaga. Kalau siang biasanya cuma ayah.
Di puskesmas ibu tambah parah, ia bahkan tidak bisa jalan sendiri.
Bunda diberi uang, roti, makan-makan an ringan. Tetapi bunda tidak memakannya, yang makan pasti yang nunggu, kalau ia kasihkan ke dokter atau penunggu puskesmas disitu.
Semakin hari bunda kelihatan parah. Sebenarnya aku ingin membawanya ke rumah sakit, tetapi tidak punya biaya, ibu juga memikirkannya. Malah ayah nggak mau cari bantuan kepada saudara-saudaranya, padahal ku beri tahu berulang-ulang kali.
Setelah beberapa hari,bunda ngomong padaku, "rul besok hari sabtu aku akan ke rumah sakit."
Dalam hati aku bersyukur "alhamdulillah" hari besoknya aku gajian 400 ribu, kuberikan bunda 300 ribu.
"Alhamdulillah ini bisa ku buat jaga-jaga di rumah sakit nanti", kata bunda.
Pagi harinya waktu aku kerja, bunda dipindahkan ke rumah sakit, hari pertama aku tidak menjenguk.
Pagi hari ketika berangkat kerja, aku mampir ke rumah sakit, ku cium tangannya, dan kucium pipinya.
Bunda merangkul aku sambil tersenyum, dan agak nggak kuat mengangkat tubuhnya.
Waktu di rumah sakit bunda pakai layanan kesehatan dan uang yang diberikan orang-orang di simpannya. Tetapi aku nggak ngerti cara kerja layanan kesehatan itu, ibuku yang kritis dibisrkan saja oleh dokter. Cuma ditangani dengan perawatan biasa.
Aku sangat menyesal kenapa aku tidak menunggunya di rumah sakit, malah berangkat kerja.
"Aku berangkat dulu ya bun, moga cepat sembuh, dan cepat pulang ke rumah. " Kata-kataku pada bunda, bunda menjawabnya, "ya rul nanti moga-moga laku dan...,"
"Apa bun, kupingku agak bermasalah, agak lebih keras ya, "kata ku. Tetapi bunda menjawabnya dengan mata agak berkaca-kaca, "memang suaraku semakin me lirih rul."
"Tidak kok bun memang kupingku agak bermasalah"
"Nggak rul ini memang suaraku yang semakin me lirih, tambah habis"
"Bukan-bukan bun, bener ini kupingku yang bermasalah, gara-gara terkena air laut kemarin"
Tanganku yang masih me megangi tangan bunda, sambil aku menatap bunda yang matanya agak berkaca-kaca.
Setelah salam dan kucium, tangan dan pipinya, aku berangkat kerja.
Seperti biasa bunda mendoakan ku, "semoga laku rul , " kata bunda, dengan suara lirihnya.
Ketika aku pulang kerja, aku tidak ke rumah sakit, malah pulang. Di rumah sakit yang nunggu hanya ayah
Ketika malam itu aku merasa aneh, serasa kepingin ke rumah sakit. Mungkin karena aku agak melamun, aku menjatuhkan tempat untuk berwudu (yang terbuat dari plastik) ke sumur.
Langsung jantungku berdebar, kaget "pertanda apa ya?" dalam hatiku.
Malamnya yang biasanya aku nonton tv sampai pagi, malam itu malah aku tidur masih jam 10 an malam.
Waktu telah menjawabnya, jam 3 pagi ibuku pulang, aku dibangunkan dari tidurku oleh kakak ipar ibuku.
Dia merangkak membangunkan ku dengan berkata dengan lirihnya,yang sabar ya rul, ibumu telah tiada."
Aku lekas-lekas bangkit dari tidurku, dan berkata" dimana BUNDA, dimana bunda" sambil ku keluar dari kamar,orang-orang merangkulku, "yang sabar ya rul" katanya sambil menangis.
Aku yang berdiri tegak, tubuh jadi lemas, ku rangkul tubuh bunda diruang tengah yang sudah terbujur kaku.
Seketika aku doakan ia, setelah itu ku peluk. Ku berharap bunda bisa kembali hidup. Aku tidak mau bunda dibawa pergi, aku terus memeluknya,hingga akhirnya aku sadar, sampai aku melepaskannya.
Waktu aku menggendong dan memangku bunda untuk dimandikan, aku teringat sangat,bunda sering berkata ketika ia sakit, "rul aku kog selalu bermimpi menggendong bayimu". Kata bunda waktu itu.
Yang ternyata mimipi itu adalah kebalikan, terasa sedih di hati dan tak tertahankan air mata yang akan jatuh.
PESAN-PESAN
* Turuti dan patuhi kata-kata bunda yang baik untukmu.
* Bahagiakanlah ibumu, janganlah engkau berani kepadanya untuk hal kebaikan.
* Sayangilah Ia, jangan sekali-kali engkau membantah.
*Ibumu adalah tuhan yang ada di bumi.
* Buatlah pesan dan kesan yang baik untuknya, jangan sampai kau menyesal, hingga kau tak lagi melihatnya.
Dari ku ; Semoga bermanfaat bagi kalian semua, bila ada salah atau menyinggung saya selaku penulis minta maaf yang sebesar-besarnya.
Dan semoga juga kalian selalu menghormati ibumu amien,.,
http://rahasiauntukkita.blogspot.com/p/perjuangan-bunda.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar